Pages

Senin, 30 Januari 2012

PROSES PENYAMPAIAN LIATRIK KE RUMAH

Pemakai listrik dalam hal ini adalah konsumen atau pelanggan tersebar di beberapa tempat, sehingga butuh penanganan khusus agar listrik yang di bangkitkan dari Pusat Listrik (Pembangkit listrik) dapat sampai ke pelanggan dengan kualitas baik. Konsumen dalam hal ini terbagi atas beberapa yaitu : konsumen Sosial, Rumah Tangga, bisnis, industri dan penerangan jalan umum (PJU). Sedangkan pusat listrik terdiri dari PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air), PLTM (Pusat Listrik Tenaga Minihidro), PLTD (Pusat Listrik Tenaga Diesel), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap), PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTP (Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir) , PLTB (Pusat Listrik Tenaga Bayu), PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya) dan Pusat Listrik Tenaga Gelombang Laut.. 


 

Tenaga listrik awalnya dibangkitkan dari pusat-pusat listrik yang pada umumnya terletak jauh dari pusat bebannya, yang kemudian tenaga listrik yang dihasilkan dari pusat lisrik, tegangannya dinaikkan oleh Trafo Step Up yang ada di setiap pusat listrik dan/atau gardu induk untuk menaikkan tegangan menjadi tegangan tinggi 70 kV dan 150 kV atau tegangan ekstra tinggi 500 kV karena tegangan generator yang dihasilkan setiap pusat listrik relatif rendah (6 kV – 24 kV). Setelah tegangan dinaikkan maka kemudian disalurkan melalui transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan/atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) menuju Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya kembali menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer yang bertegangan 6kV, 12kV atau 20 kV. Namun di Indonesia umumnya di turunkan ke tegangan 20 kV. sampai disini mungkin ada yang bertanya. kenapa tegangan listrik yang dihasilkan harus dinaikkan dan diturunkan kembali sebelum sampai ke konsumen??? hal ini disebabkan karena tujuan penaikan tegangan adalah selain memperbesar daya hantar dari saluran (berbanding lurus dengan kwadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi daya dan susut tegangan pada saluran transmisi.

Lanjut….. Setelah tegangan dari tenaga listrik yang dihasilkan diturunkan menjadi tegangan menengah 20 kV maka kemudian disalurkan ke saluran distribusi atau dalam istilah Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), yang kemudian dari SUTM menuju Trafo distribusi untuk diturunkan kembali tegangannya menjadi 380/220 V untuk dibagikan ke setiap konsumen rumah tangga melalui Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) hingga kita semua bisa menyalakan TV, Radio, AC dan lainnya melalui Sambungan Rumah tentunya melewati kWH Meter…. :) namun ada pula konsumen yang tidak melalui saluran tegangan rendah, tapi langsung dari tegangan menengah atau SUTM 20 kV, konsumen yang demikian ini adalah konsumen pabrik….

Demikian perjalanan listrik yang cukup panjang dan cukup melelahkan dengan mengeluarkan biaya produksi yang sangat mahal (tapi dijual dengan murah) hingga sampai kita nikmati di rumah kita sendiri walaupun tanpa kita sadari kita nikmati listrik dengan sikap boros (sikap yang harusnya tak terjadi) di saat kondisi listrik yang kini mengalami krisisnya…. padahal dengan hemat listrik kita diberikan banyak keuntungan, antaranya : mengurangi area pemadaman di saat krisis listrik, bisa menyimpan cadangan energi listrik untuk anak cucu kita kelak dan memperkecil pengeluaran isi kantong kita….. HEMAT LISTRIK, MUDAH CARANYA, MURAH BAYARNYA…. :)

Senin, 30 Januari 2012

PROSES PENYAMPAIAN LIATRIK KE RUMAH

Pemakai listrik dalam hal ini adalah konsumen atau pelanggan tersebar di beberapa tempat, sehingga butuh penanganan khusus agar listrik yang di bangkitkan dari Pusat Listrik (Pembangkit listrik) dapat sampai ke pelanggan dengan kualitas baik. Konsumen dalam hal ini terbagi atas beberapa yaitu : konsumen Sosial, Rumah Tangga, bisnis, industri dan penerangan jalan umum (PJU). Sedangkan pusat listrik terdiri dari PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air), PLTM (Pusat Listrik Tenaga Minihidro), PLTD (Pusat Listrik Tenaga Diesel), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap), PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTP (Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir) , PLTB (Pusat Listrik Tenaga Bayu), PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya) dan Pusat Listrik Tenaga Gelombang Laut.. 


 

Tenaga listrik awalnya dibangkitkan dari pusat-pusat listrik yang pada umumnya terletak jauh dari pusat bebannya, yang kemudian tenaga listrik yang dihasilkan dari pusat lisrik, tegangannya dinaikkan oleh Trafo Step Up yang ada di setiap pusat listrik dan/atau gardu induk untuk menaikkan tegangan menjadi tegangan tinggi 70 kV dan 150 kV atau tegangan ekstra tinggi 500 kV karena tegangan generator yang dihasilkan setiap pusat listrik relatif rendah (6 kV – 24 kV). Setelah tegangan dinaikkan maka kemudian disalurkan melalui transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan/atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) menuju Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya kembali menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer yang bertegangan 6kV, 12kV atau 20 kV. Namun di Indonesia umumnya di turunkan ke tegangan 20 kV. sampai disini mungkin ada yang bertanya. kenapa tegangan listrik yang dihasilkan harus dinaikkan dan diturunkan kembali sebelum sampai ke konsumen??? hal ini disebabkan karena tujuan penaikan tegangan adalah selain memperbesar daya hantar dari saluran (berbanding lurus dengan kwadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi daya dan susut tegangan pada saluran transmisi.

Lanjut….. Setelah tegangan dari tenaga listrik yang dihasilkan diturunkan menjadi tegangan menengah 20 kV maka kemudian disalurkan ke saluran distribusi atau dalam istilah Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), yang kemudian dari SUTM menuju Trafo distribusi untuk diturunkan kembali tegangannya menjadi 380/220 V untuk dibagikan ke setiap konsumen rumah tangga melalui Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) hingga kita semua bisa menyalakan TV, Radio, AC dan lainnya melalui Sambungan Rumah tentunya melewati kWH Meter…. :) namun ada pula konsumen yang tidak melalui saluran tegangan rendah, tapi langsung dari tegangan menengah atau SUTM 20 kV, konsumen yang demikian ini adalah konsumen pabrik….

Demikian perjalanan listrik yang cukup panjang dan cukup melelahkan dengan mengeluarkan biaya produksi yang sangat mahal (tapi dijual dengan murah) hingga sampai kita nikmati di rumah kita sendiri walaupun tanpa kita sadari kita nikmati listrik dengan sikap boros (sikap yang harusnya tak terjadi) di saat kondisi listrik yang kini mengalami krisisnya…. padahal dengan hemat listrik kita diberikan banyak keuntungan, antaranya : mengurangi area pemadaman di saat krisis listrik, bisa menyimpan cadangan energi listrik untuk anak cucu kita kelak dan memperkecil pengeluaran isi kantong kita….. HEMAT LISTRIK, MUDAH CARANYA, MURAH BAYARNYA…. :)