Pages

Selasa, 28 Mei 2013

RECOUNT: UNFORGETTABLE EXPERIENCE



SLIPPED
Now, I want to tell you about my unforgettable experience. It began when I was 13 years old. I was in the 8th grade Junior High School. It was a rainy day. I was very bored and felt so hungry. My mom gave me an advice to buy some snacks. I changed my trousers and shirt then we went to minimarket about six hundred meters from my house. We got there by motorcycle.
                                                                                   
Arriving at minimarket we arround for a minutes and I bought many snacks and also drinks. Then my mom told me to pay it into the cashier. Actually, I felt bad. However, I must to pay this.

I waited my snacks and drinks for a minutes. After I got my items purchased in the plastic bag then I came to my mom who waited me outside. So, I stepped the floor without realizing that it was wet and suddenly I slipped on it.
The cashier and the customers looked at me and started to laugh. I tried to control myself in front of the people. I thought I must hide my face. In a hurry, I got up and ran away to my mom as soon as possible.

I was so embarrassed with this accident. What a relief! It should not happen again to me.



Name of group:
·         Frida Hardiyati Y         (11)
·         Huda Utami                 (14)
·         Olivia Ardhia P R         (25)
·         Rini Dwi A                   (29)

RECOUNT: FORGETING THE WALLET



One evening a month ago, I was very bored and hungry. I decided to go to a fried rice stalls about a hundred meters from my house.

I changed my trousers and shirt then left for the fried rice stalls by myself. As soon as I got to the fried rice stalls, I ordered the fried rice that seemed very delicious in the cold day, and also a glass of tea. When they were served, I ate up eagerly the fried rice and drank the tea. I was satisfied and it was the time to pay. I grabbed my trousers pocket and I was shocked. My hands didn’t feel there was any wallet there. I felt so embarrassed that I didn’t dare to see the faces of the customers. My body stayed still on the chair and began sweating.

I tried to control myself in front of the people. I collected my courage to come to the seller to say something. Feeling uneasy, I told her that I left my wallet in the other trousers at my house and promised to take it and come back soon. Some customers looked at me. I thought I must hide my face.
                                                                                                                                         
Finally, I ran to the house and got back with the money. I gave it to the seller and came out of the fried rice stalls. What a relief! It should not happen again to me.



Name of group:
·         Frida Hardiyati Y         (11)
·         Huda Utami                 (14)
·         Olivia Ardhia P R         (25)
·         Rini Dwi A                   (29)

Kamis, 23 Mei 2013

Recount


Bobi and Bobo

It’s two relatives named Bobi and Bobo. Bobi is lazy, naughty and always jealous with Bobo. While Bobo is smart, friendly and diligent. Bobi ever leaves the class and now Bobi is in the same class with his younger brother, Bobo.
One day in Sunday, Bobi and Bobo walked away. Bobo asked Bobi to go to citizen library. Among the street, they always joked. Bobo also told Bobi that he got 10 for mathematic test and he also got reward from their teacher.
“Bob, I get ten in mathematic test. Do you know that?
And I get reward from our teacher. Hahaha...” said Bobo.
“Huh! Arrogant!” said Bobi jealous.
                “No, I’m not arrogant. I only told you.” Said Bobo.
                “Huuu!” Bobi was jealous.
“Why? Are you jealous with me? Hahaha... You get five brother, hahaha...” mocked Bobo to Bobi.
When they passed the river, unexpectedly Bobi pushed Bobo into the river. Bobo was very
shocked. And Bobo was very scary because he couldn’t swim.
                “Bobi, help me please!” shouted Bobo to Bobi.
                Bobi is cool with Bobo’s shouted.
                “Bobi, help me! Help me please! You know that I can’t swim!” Shout Bobo.
                “It’s your problem!” shouted Bobi.
                “I apologize with my mistake to you” asked Bobo.
                “Sorry...sorry... I can’t swim too!”
                People were passing by just silently and some were laughing at Bobo. they thought that Bobo just played water alone
                Unexpectedly, there was Lucky who was playing bicycle passed the river. Lucky is a friend of Bobo.
                “Lucky...Lucky! Help me, please.” Shouted Bobo to Lucky.
                “Bobo? What are you doing?” asked Lucky to Bobo.
“I can’t tell you now. The story is very long. Now, please help me! I can’t swim! You know?”
“Yes! I will help you! Wait a minute friend!”
“Ok! Please quickly!”
After that Lucky helped Bobo by holding his hand in the tree.
“Lucky! Help!”
“Yes. Please wait a minute friend!
“Ok!”
“Now, hold my hand!”
“Uuuuh..!” (Bobo tried to hold Lucky’s hand)
Lucky managed to pull up Bobo to the banks of the river.
“Thank you Lucky. You are my best friend. I’am very scary. Bobi is very wicked!” shout Bobo.
Bobo told to Lucky why he can fall into the river. Lucky lot of laugh. Bobi walked away to Bobo and Lucky.
                “Hahaha.. You look very scary Bob!” said Bobi.
                “Huh! You are very wicked to me!”
                “I’am sorry. I was very angry. But I also feel scared if you're sinking.” Said Bobi.
                “Did you know? I was very scary! I can’t swim Boy!”
                “I’am sorry Bob! Sorry..sorry..sorry!”
                “Ok. No problem, I forgive you!”
                “Thankyou Bob. You are my best younger brother in the world!”
                “Yeah. It’s because I only your younger brother Boy!
I remember that!”
And the three children went on a walk. But didn’t go to the citizen library. However they went to Lucky’s house to plays and change the clothes.

Candi Dermo Sidoarjo



Lokasi Candi Dermo berada di Dusun Dermo, Desa Candi Negoro, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, yang diperkirakan dibangun pada tahun 1535, pada jaman pemerintahan Adipati Kusen. Candi Dermo berbentuk gapura paduraksa terbuat dari bata merah dengan tinggi 13,5 m, panjang 6 m dan lebar 6 m.


Candi Dermo berada di tengah perkampungan penduduk, bersebelahan dengan kuburan. Pada kaki candi terdapat hiasan wajik, ada relief sulur-suluran antara badan dan atap candi, serta tiga buah batu, dua diantaranya di sisi timur dan satu di sisi barat dengan fragmen garuda. 
Saat ini, Candi Dermo sedang dalam perencanaan akan di renovasi. Sebenarnya candi ini sudah pernah direnovasi pada jaman penjajahan belanda, namun renovasi yang dilakukan nampaknya merubah wajah candi, karena lebih bersifat mempertahankan candi dari keruntuhan daripada upaya menyusun ulang badan candi.
Bagian dalam candi sangat sempit. Ini karena pada masa pemerintahan Belanda dilakukan pemugaran dan pemugaran ini menambah bagian dalam sedemikian rupa sehingga bisa menyokong bangunan dari kemungkinan runtuh. Tetapi ada perbedaan antara batu asli candi dengan batu hasil pemugaran Belanda. Batu bata hasil pemugaran semasa penjajahan Belanda mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tipis dibandingkan batu bata asli penyusun candi.
Pada kompleks candi Dermo, terdapat 4 buah Arca dengan 2 macam jenis, yakni Arca Manusia Bersayap dan Arca Kolo. Namun sayangnya, sekarang salah satu dari arca-arca tersebut ada yang sudah hancur, sehingga kini Candi Dermo hanya memiliki 3 Arca saja. Yang disayangkan juga adalah bentuk apa yang hendak ditampilkan pada kedua patung tersebut sudah susah untuk dikenali lagi karena arca sudah rusak.
Candi Dermo dibangun pada Masa kerajaan Majapahit, pada wangsa Raja Hayam Wuruk. Candi bercorak hindu ini berdiri pada tahun 1353 dibawah pimpinan Adipati Terung yang sekarang makamnya terdapat di Utara Masjid Trowulan.
Candi ini termasuk salah satu kompleks candi yang dibangun oleh Kerajaan Majapahit sebagai bukti akan luasnya daerah kekuasaan yang dimiliki. Candi ini sebenarnya merupakan  Gapura atau Pintu Gerbang, orang Jawa mengatakan Gapura Ke Bangunan Suci. Arti dari Bangunan suci sendiri adalah bangunan induk yang biasanya terletak di sebelah timur candi. Begitupula dengan Candi Dermo, sebenarnya dahulu di sebelah timur Candi ada bangunan induk yang ukurannya lebih besar, namun sekarang bangunan induk tersebut sudah pupus dimakan waktu dan akhirnya roboh. Oleh masyarakat jaman dulu, lahan puing-puing bangunan induk tersebut dijadikan pemukiman oleh warga sekitar.





Pertanyaan:

a.)    Sebagai seorang pelajar bagaimana cara Anda melestarikan peninggalan bersejarah (candi)?
-          melestarikan dan menjaga eksistensi nilai budaya itu agar tidak luntur
-          digunakan sebagai media pendidikan
-          merawat dan menjaganya agar tidak rusak
-          sebagai tempat rekreasi

b.)    Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk melestarikan peninggalan bersejarah?
(1). perlindungan; merawat, memelihara asset budaya agar tidak punah dan rusak disebabkan oleh manusia dan alam.
(2). pengembangan; melaksanakan penelitian, kajian laporan, pendalaman teori kebudayaan dan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung dalam penelitian.
(3). pemanfaatan; melaksanakan kegiatan pengemasan produk, bimbingan dan penyuluhan, kegiatan festival dan penyebaran informasi.
(4). pendokumentasian; melaksanakan kegiatan pembuatan laporan berupa narasi yang dilengkapi dengan foto dan audio visual.





Nama: Rini Dwi A
                                                                                                             XD/29

Minggu, 12 Mei 2013

Barcelona Te Amo









Judul Buku: Barcelona Te Amo
Penulis: Kireina Enno
Tebal: vi + 266 hlm; 13 x 19 cm
Cetakan: 1, Februari 2013
Penerbit: Bukune

 



Tadinya, musim panas selalu muram.
Lalu, dia datang dengan senyumnya yang indah,
ketika waktu mendamba detik-detik yang hangat
dari matanya. Entah bagaimana, hati Katya begitu dingin
ketika menepis uluran tangan laki-laki itu.

Kesepian pun menghantamnya.
Sepanjang La Rambla, angin menepi.
Sayap-sayapnya membawa Katya menari
di antara pilar-pilar Gothic Quarter yang sunyi.
Membangkitkan rindu kepadanya,
seperti ombak kepada pantai yang menunggu.

Maka, di sinilah Katya berada kini.
Menyambut genggaman tangannya.
Di Placa de Catalunya, tempat merpati bercengkerama.
Ketika matahari menyinari Barcelona.
Dia bagai musim panas yang begitu indah.
"Te amo," pelan ucap Katya.

Akankah dia dengar?

(Dari sampul belakang novel) 


Barcelona Te Amo karya Kireina Enno diterbitkan sebagai bagian dari proyek kolaborasi Bukune dan GagasMedia, Setiap Tempat Punya Cerita. Sebagaimana termaktub dalam judulnya, novel ini mengambil latar utama Barcelona, sebuah kota modern sekaligus klasik dan indah di Spanyol. Keindahan kota yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1992 pernah dituangkan ke dalam lagu Barcelona yang dinyanyikan duet oleh mendiang Freddie Mercury dan Montserrat Caballe, penyanyi opera asal Barcelona. Fariz RM, musisi Indonesia, pernah menggubah lagu tentang kisah cinta dan perpisahan di kota itu dengan judul sama,Barcelona.

Katya Sadewi pergi ke Barcelona untuk mengambil kuliah di Fakultas Seni Universitat de Barcelona. Di sana, ia bermaksud mengasah kemampuan melukisnya. Tapi sebenarnya, ada hal lain yang memantabkannya meninggalkan Indonesia. Di Jakarta, Katya terlibat cinta segitiga dengan Alexandra Hadiningrat dan Evander Mulya. Sandra adalah putri Prana Hadiningrat yang membesarkan Katya setelah kematian kedua orangtuanya, sedangkan Evan adalah sahabat akrab Katya dan Sandra. Evan sendiri tidak bisa memastikan siapa yang akan menjadi kekasihnya, karena ia mencintai kedua gadis itu. Katya yang sudah terbiasa mengalah untuk Sandra, memutuskan menerima tawaran Prana yang menginginkannya kuliah di almamaternya, Universitat de Barcelona. Sementara Sandra dan Evan tetap berada di Jakarta dan akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Selain kuliah, Katya menghabiskan waktu bekerja di Galeri d'Espana, galeri seni milik pasangan Isidro dan Maria Alvarez yang terletak di Barri Gothic, tepat di jantung Barcelona. Di galeri seni inilah, Manuel Estefan, seorang kurator seni ternama, melihat lukisan sekuntum dandelion, salah satu lukisan Katya. Manuel sedang mencari karya baru untuk disertakan dalam pameran besar yang akan diadakannya di Centre de Cultura Contemporania de Barcelona. Menemukan kedalaman penjiwaan yang terpancar dari lukisan dandelion, Manuel berniat mengajak Katya untuk bergabung dalam pamerannya.

Tawaran Manuel tidak serta-merta disambut dengan baik oleh Katya. "
Saya melukis bukan untuk mencari ketenaran. Saya melukis untuk menuangkan perasaan," kata Katya (hlm. 71). Tapi setelah terlibat perbincangan dengan Lucia Marino, teman kuliahnya, ia pun bersedia terlibat dalam pameran besar itu. Manuel memintanya membuat satu lukisan lagi guna melengkapi yang sudah ada, sebuah lukisan yang diciptakan dengan penjiwaan setara dengan lukisan Dandelion. Katya memutuskan menggurat kanvas, mendedahkan kisah perpisahan Subadra dan Arjuna di depan gerbang Istana Dwaraka. Bagi Katya, Subadra, perempuan dari lakon Mahabharata, adalah simbol kesetiaan perempuan.

Lukisannya belum rampung ketika keinginan untuk melukisnya tersendat. Hal ini dipicu oleh kemunculan Sandra secara mendadak di Barcelona dan tinggal bersamanya. Setelah hubungan asmaranya dengan Evan kandas, Sandra memutuskan mengambil cuti kuliah, meninggalkan Jakarta dan mengunjungi Katya di Barcelona. Tapi ternyata, bukan cuma Sandra yang tiba di Barcelona. Begitu memutuskan Sandra karena merasa tidak sanggup lagi menjaganya, Evan menjalankan tugas kantor ke Kopenhagen, Denmark. Dari sana, ia pergi ke Barcelona untuk menjumpai Katya dan  mendapati Sandra berada di apartemen Katya.

Kedatangan kedua orang itu menciptakan gangguan yang signifikan dalam kehidupan Katya. Sandra yang terpesona dengan Manuel, beralasan sedang membuat tugas kuliah -padahal sedang cuti kuliah- mencoba memikat Manuel dengan memaksa laki-laki itu menemaninya jalan-jalan di Barcelona. Evan berdalih sedang menulis buku tentang arsitektur karya Antoni Gaudi di Barcelona singgah di apartemen Katya, mencoba membuat gadis itu menerima cintanya, cinta yang lebih besar ketimbang cintanya pada Sandra.

Diam-diam, Katya merasa ada gejolak yang berbeda dalam hatinya. Ia tidak menemukan perasaan yang sama seperti semasa berada di Jakarta terhadap Evan. Malah, terbit kecemburuan manakala Sandra berupaya memborong waktu Manuel  bagi dirinya sendiri. Mungkinkah ia mencintai kurator yang berwajah dingin itu?

Barcelona Te Amo adalah novel kedua Kireina Enno yang telah diterbitkan. Sebelumnya, ia telah meluncurkan novel romantis berjudul Selamanya Cinta (2012). Sebagaimana diuraikan sebelumnya, tema yang diangkat, masih tidak beranjak dari tema novel-novel Setiap Tempat Punya Cerita yang telah terbit, Paris (Prisca Primasari) dan Last Minute in Manhattan (Yoana Dianika). Cinta, sekali lagi, masih dominan. Mirip dengan Last Minute in Manhattan, karakter utamaBarcelona Te Amo juga digerakkan oleh patah hati. Karena temanya sudah generik dan tidak sulit untuk menebak konklusinya, menjadi tantangan besar bagi Enno untuk menghasilkan novel yang tetap bisa memikat pembaca sampai tamat.

Saya kira, Enno cukup berhasil. Ia mampu menggulirkan adegan demi adegan secara tepat dan tidak berlebihan sampai adegan pamungkas yang melegakan. Ia didukung kemampuan merangkai kalimat yang tidak berbelit-belit dan cukup sedap dibaca. Alhasil, meski kisah yang diusungnya sama sekali tidak provokatif, masih tetap bisa ditamatkan dengan pembacaan yang lancar.

Dalam hal karakterisasi, Enno tidak meragukan. Sosok-sosok yang diciptakannya, dengan gampang bisa diimajinasikan dalam benak kita. 

Katya, gadis sederhana yang lebih mementingkan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Saking rendah hatinya, ia tidak bisa melihat kelebihan-kelebihan dirinya. Bukan cuma dalam hal melukis, melainkan juga dalam berinteraksi dengan orang lain. Kecuali Sandra, semua tokoh yang bersinggungan dengan kehidupannya, memiliki pandangan positif terhadapnya. 

Sandra, gadis yang manja, egois, dan senang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Setiap membuat masalah, ada Katya dan Evan yang akan mencarikan solusi baginya. Tapi, setelah Katya pergi dan Evan tidak sanggup lagi berhubungan dengannya, ia kehilangan proteksi. Berkebalikan dengan Katya, kendati berpenampilan cantik, interaksinya dengan orang lain kerap tidak mendapatkan penilaian positif. Bahkan, ayahnya sendiri, lebih menyenangi Katya dibandingkan anak kandungnya, dan menjadikan Katya sebagai standar bagi Sandra. Tidak heran, sekalipun Katya tidak pernah berbuat kesalahan kepadanya, Sandra selalu memandang Katya sebagai seteru. 

Evan adalah karakter paling labil dalam novel ini. Sejak awal ia tidak bisa mengambil keputusan, yang mungkin disebabkan latar belakang keluarganya yang disfungsional. Katya yang merasa perlu membuatnya mengambil keputusan dengan meninggalkan Indonesia. Tapi, sepeninggal Katya, ia menemukan kaca pembesar yang memperlihatkan kekurangan-kekurangan Sandra, dan memutuskan kalau Katya-lah yang terbaik. 

Manuel, karakter yang memiliki kecenderungan introvert, terutama terhadap para gadis, sehingga sering menciptakan salah pengertian. Setelah hubungannya dengan Milene berakhir sebelum memanjat pelaminan, ia sukar mempercayai cinta dan lawan jenisnya. Tapi setelah mengenal Katya dan misteri kesedihan yang menyemburat dari lukisan-lukisannya, lambat laun Manuel mengalami perubahan. Perubahannya ditandai dengan menipisnya sikap dingin dan gaya berpakaian yang menjadi lebih kasual.

Karena cerita berseting utama Barcelona, sudah semestinya tempat-tempat di kota yang berkembang berdasarkan inspirasi Gaudi itu bermunculan dalam novel ini. Maka, bersama para tokoh, kita akan menyusuri La Rambla, pedestrian panjang dengan kafe, kios, dan seniman jalanannya. Mencermati guratan tangan Picasso di Museum Picasso. Mengagumi keindahan katedral Sagrada Familia dengan tiga fasad yang mengisahkan kehidupan Yesus Kristus. Menari di pelataran Museu Nacional di sela-sela banjir cahaya Font Màgica de Montjuïc. Menonton merpati-merpati bercengkerama sambil mematuki remah-remah di Plaça de Catalunya. Menyaksikan festival penduduk Catalan yang diramaikan dengan acara membangun 
castell atau human tower di
 Plaça Sant Jaume. Menikmati kuliner di Els Quatre Fats sembari membayangkan Picasso remaja yang berkunjung. Tapi tetap saja, masih banyak tempat-tempat indah di Barcelona yang menghilang dari dalam novel ini dan membuat rasa puas sedikit berkurang. Jika penulis pernah bermukim di Barcelona, akan lebih memungkinkan baginya untuk menghasilkan kisah berlatar Barcelona yang lebih memukau, tanpa menjadikan novelnya sebagai buku panduan melancong.

Terlepas dari itu, Barcelona Te Amo tetap merupakan novel yang pantas dibaca. Secara umum, sebagai novel romantis, memang tidak mengecewakan. 


Selasa, 28 Mei 2013

RECOUNT: UNFORGETTABLE EXPERIENCE



SLIPPED
Now, I want to tell you about my unforgettable experience. It began when I was 13 years old. I was in the 8th grade Junior High School. It was a rainy day. I was very bored and felt so hungry. My mom gave me an advice to buy some snacks. I changed my trousers and shirt then we went to minimarket about six hundred meters from my house. We got there by motorcycle.
                                                                                   
Arriving at minimarket we arround for a minutes and I bought many snacks and also drinks. Then my mom told me to pay it into the cashier. Actually, I felt bad. However, I must to pay this.

I waited my snacks and drinks for a minutes. After I got my items purchased in the plastic bag then I came to my mom who waited me outside. So, I stepped the floor without realizing that it was wet and suddenly I slipped on it.
The cashier and the customers looked at me and started to laugh. I tried to control myself in front of the people. I thought I must hide my face. In a hurry, I got up and ran away to my mom as soon as possible.

I was so embarrassed with this accident. What a relief! It should not happen again to me.



Name of group:
·         Frida Hardiyati Y         (11)
·         Huda Utami                 (14)
·         Olivia Ardhia P R         (25)
·         Rini Dwi A                   (29)

RECOUNT: FORGETING THE WALLET



One evening a month ago, I was very bored and hungry. I decided to go to a fried rice stalls about a hundred meters from my house.

I changed my trousers and shirt then left for the fried rice stalls by myself. As soon as I got to the fried rice stalls, I ordered the fried rice that seemed very delicious in the cold day, and also a glass of tea. When they were served, I ate up eagerly the fried rice and drank the tea. I was satisfied and it was the time to pay. I grabbed my trousers pocket and I was shocked. My hands didn’t feel there was any wallet there. I felt so embarrassed that I didn’t dare to see the faces of the customers. My body stayed still on the chair and began sweating.

I tried to control myself in front of the people. I collected my courage to come to the seller to say something. Feeling uneasy, I told her that I left my wallet in the other trousers at my house and promised to take it and come back soon. Some customers looked at me. I thought I must hide my face.
                                                                                                                                         
Finally, I ran to the house and got back with the money. I gave it to the seller and came out of the fried rice stalls. What a relief! It should not happen again to me.



Name of group:
·         Frida Hardiyati Y         (11)
·         Huda Utami                 (14)
·         Olivia Ardhia P R         (25)
·         Rini Dwi A                   (29)

Kamis, 23 Mei 2013

Recount


Bobi and Bobo

It’s two relatives named Bobi and Bobo. Bobi is lazy, naughty and always jealous with Bobo. While Bobo is smart, friendly and diligent. Bobi ever leaves the class and now Bobi is in the same class with his younger brother, Bobo.
One day in Sunday, Bobi and Bobo walked away. Bobo asked Bobi to go to citizen library. Among the street, they always joked. Bobo also told Bobi that he got 10 for mathematic test and he also got reward from their teacher.
“Bob, I get ten in mathematic test. Do you know that?
And I get reward from our teacher. Hahaha...” said Bobo.
“Huh! Arrogant!” said Bobi jealous.
                “No, I’m not arrogant. I only told you.” Said Bobo.
                “Huuu!” Bobi was jealous.
“Why? Are you jealous with me? Hahaha... You get five brother, hahaha...” mocked Bobo to Bobi.
When they passed the river, unexpectedly Bobi pushed Bobo into the river. Bobo was very
shocked. And Bobo was very scary because he couldn’t swim.
                “Bobi, help me please!” shouted Bobo to Bobi.
                Bobi is cool with Bobo’s shouted.
                “Bobi, help me! Help me please! You know that I can’t swim!” Shout Bobo.
                “It’s your problem!” shouted Bobi.
                “I apologize with my mistake to you” asked Bobo.
                “Sorry...sorry... I can’t swim too!”
                People were passing by just silently and some were laughing at Bobo. they thought that Bobo just played water alone
                Unexpectedly, there was Lucky who was playing bicycle passed the river. Lucky is a friend of Bobo.
                “Lucky...Lucky! Help me, please.” Shouted Bobo to Lucky.
                “Bobo? What are you doing?” asked Lucky to Bobo.
“I can’t tell you now. The story is very long. Now, please help me! I can’t swim! You know?”
“Yes! I will help you! Wait a minute friend!”
“Ok! Please quickly!”
After that Lucky helped Bobo by holding his hand in the tree.
“Lucky! Help!”
“Yes. Please wait a minute friend!
“Ok!”
“Now, hold my hand!”
“Uuuuh..!” (Bobo tried to hold Lucky’s hand)
Lucky managed to pull up Bobo to the banks of the river.
“Thank you Lucky. You are my best friend. I’am very scary. Bobi is very wicked!” shout Bobo.
Bobo told to Lucky why he can fall into the river. Lucky lot of laugh. Bobi walked away to Bobo and Lucky.
                “Hahaha.. You look very scary Bob!” said Bobi.
                “Huh! You are very wicked to me!”
                “I’am sorry. I was very angry. But I also feel scared if you're sinking.” Said Bobi.
                “Did you know? I was very scary! I can’t swim Boy!”
                “I’am sorry Bob! Sorry..sorry..sorry!”
                “Ok. No problem, I forgive you!”
                “Thankyou Bob. You are my best younger brother in the world!”
                “Yeah. It’s because I only your younger brother Boy!
I remember that!”
And the three children went on a walk. But didn’t go to the citizen library. However they went to Lucky’s house to plays and change the clothes.

Candi Dermo Sidoarjo



Lokasi Candi Dermo berada di Dusun Dermo, Desa Candi Negoro, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, yang diperkirakan dibangun pada tahun 1535, pada jaman pemerintahan Adipati Kusen. Candi Dermo berbentuk gapura paduraksa terbuat dari bata merah dengan tinggi 13,5 m, panjang 6 m dan lebar 6 m.


Candi Dermo berada di tengah perkampungan penduduk, bersebelahan dengan kuburan. Pada kaki candi terdapat hiasan wajik, ada relief sulur-suluran antara badan dan atap candi, serta tiga buah batu, dua diantaranya di sisi timur dan satu di sisi barat dengan fragmen garuda. 
Saat ini, Candi Dermo sedang dalam perencanaan akan di renovasi. Sebenarnya candi ini sudah pernah direnovasi pada jaman penjajahan belanda, namun renovasi yang dilakukan nampaknya merubah wajah candi, karena lebih bersifat mempertahankan candi dari keruntuhan daripada upaya menyusun ulang badan candi.
Bagian dalam candi sangat sempit. Ini karena pada masa pemerintahan Belanda dilakukan pemugaran dan pemugaran ini menambah bagian dalam sedemikian rupa sehingga bisa menyokong bangunan dari kemungkinan runtuh. Tetapi ada perbedaan antara batu asli candi dengan batu hasil pemugaran Belanda. Batu bata hasil pemugaran semasa penjajahan Belanda mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tipis dibandingkan batu bata asli penyusun candi.
Pada kompleks candi Dermo, terdapat 4 buah Arca dengan 2 macam jenis, yakni Arca Manusia Bersayap dan Arca Kolo. Namun sayangnya, sekarang salah satu dari arca-arca tersebut ada yang sudah hancur, sehingga kini Candi Dermo hanya memiliki 3 Arca saja. Yang disayangkan juga adalah bentuk apa yang hendak ditampilkan pada kedua patung tersebut sudah susah untuk dikenali lagi karena arca sudah rusak.
Candi Dermo dibangun pada Masa kerajaan Majapahit, pada wangsa Raja Hayam Wuruk. Candi bercorak hindu ini berdiri pada tahun 1353 dibawah pimpinan Adipati Terung yang sekarang makamnya terdapat di Utara Masjid Trowulan.
Candi ini termasuk salah satu kompleks candi yang dibangun oleh Kerajaan Majapahit sebagai bukti akan luasnya daerah kekuasaan yang dimiliki. Candi ini sebenarnya merupakan  Gapura atau Pintu Gerbang, orang Jawa mengatakan Gapura Ke Bangunan Suci. Arti dari Bangunan suci sendiri adalah bangunan induk yang biasanya terletak di sebelah timur candi. Begitupula dengan Candi Dermo, sebenarnya dahulu di sebelah timur Candi ada bangunan induk yang ukurannya lebih besar, namun sekarang bangunan induk tersebut sudah pupus dimakan waktu dan akhirnya roboh. Oleh masyarakat jaman dulu, lahan puing-puing bangunan induk tersebut dijadikan pemukiman oleh warga sekitar.





Pertanyaan:

a.)    Sebagai seorang pelajar bagaimana cara Anda melestarikan peninggalan bersejarah (candi)?
-          melestarikan dan menjaga eksistensi nilai budaya itu agar tidak luntur
-          digunakan sebagai media pendidikan
-          merawat dan menjaganya agar tidak rusak
-          sebagai tempat rekreasi

b.)    Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk melestarikan peninggalan bersejarah?
(1). perlindungan; merawat, memelihara asset budaya agar tidak punah dan rusak disebabkan oleh manusia dan alam.
(2). pengembangan; melaksanakan penelitian, kajian laporan, pendalaman teori kebudayaan dan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung dalam penelitian.
(3). pemanfaatan; melaksanakan kegiatan pengemasan produk, bimbingan dan penyuluhan, kegiatan festival dan penyebaran informasi.
(4). pendokumentasian; melaksanakan kegiatan pembuatan laporan berupa narasi yang dilengkapi dengan foto dan audio visual.





Nama: Rini Dwi A
                                                                                                             XD/29

Minggu, 12 Mei 2013

Barcelona Te Amo









Judul Buku: Barcelona Te Amo
Penulis: Kireina Enno
Tebal: vi + 266 hlm; 13 x 19 cm
Cetakan: 1, Februari 2013
Penerbit: Bukune

 



Tadinya, musim panas selalu muram.
Lalu, dia datang dengan senyumnya yang indah,
ketika waktu mendamba detik-detik yang hangat
dari matanya. Entah bagaimana, hati Katya begitu dingin
ketika menepis uluran tangan laki-laki itu.

Kesepian pun menghantamnya.
Sepanjang La Rambla, angin menepi.
Sayap-sayapnya membawa Katya menari
di antara pilar-pilar Gothic Quarter yang sunyi.
Membangkitkan rindu kepadanya,
seperti ombak kepada pantai yang menunggu.

Maka, di sinilah Katya berada kini.
Menyambut genggaman tangannya.
Di Placa de Catalunya, tempat merpati bercengkerama.
Ketika matahari menyinari Barcelona.
Dia bagai musim panas yang begitu indah.
"Te amo," pelan ucap Katya.

Akankah dia dengar?

(Dari sampul belakang novel) 


Barcelona Te Amo karya Kireina Enno diterbitkan sebagai bagian dari proyek kolaborasi Bukune dan GagasMedia, Setiap Tempat Punya Cerita. Sebagaimana termaktub dalam judulnya, novel ini mengambil latar utama Barcelona, sebuah kota modern sekaligus klasik dan indah di Spanyol. Keindahan kota yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1992 pernah dituangkan ke dalam lagu Barcelona yang dinyanyikan duet oleh mendiang Freddie Mercury dan Montserrat Caballe, penyanyi opera asal Barcelona. Fariz RM, musisi Indonesia, pernah menggubah lagu tentang kisah cinta dan perpisahan di kota itu dengan judul sama,Barcelona.

Katya Sadewi pergi ke Barcelona untuk mengambil kuliah di Fakultas Seni Universitat de Barcelona. Di sana, ia bermaksud mengasah kemampuan melukisnya. Tapi sebenarnya, ada hal lain yang memantabkannya meninggalkan Indonesia. Di Jakarta, Katya terlibat cinta segitiga dengan Alexandra Hadiningrat dan Evander Mulya. Sandra adalah putri Prana Hadiningrat yang membesarkan Katya setelah kematian kedua orangtuanya, sedangkan Evan adalah sahabat akrab Katya dan Sandra. Evan sendiri tidak bisa memastikan siapa yang akan menjadi kekasihnya, karena ia mencintai kedua gadis itu. Katya yang sudah terbiasa mengalah untuk Sandra, memutuskan menerima tawaran Prana yang menginginkannya kuliah di almamaternya, Universitat de Barcelona. Sementara Sandra dan Evan tetap berada di Jakarta dan akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Selain kuliah, Katya menghabiskan waktu bekerja di Galeri d'Espana, galeri seni milik pasangan Isidro dan Maria Alvarez yang terletak di Barri Gothic, tepat di jantung Barcelona. Di galeri seni inilah, Manuel Estefan, seorang kurator seni ternama, melihat lukisan sekuntum dandelion, salah satu lukisan Katya. Manuel sedang mencari karya baru untuk disertakan dalam pameran besar yang akan diadakannya di Centre de Cultura Contemporania de Barcelona. Menemukan kedalaman penjiwaan yang terpancar dari lukisan dandelion, Manuel berniat mengajak Katya untuk bergabung dalam pamerannya.

Tawaran Manuel tidak serta-merta disambut dengan baik oleh Katya. "
Saya melukis bukan untuk mencari ketenaran. Saya melukis untuk menuangkan perasaan," kata Katya (hlm. 71). Tapi setelah terlibat perbincangan dengan Lucia Marino, teman kuliahnya, ia pun bersedia terlibat dalam pameran besar itu. Manuel memintanya membuat satu lukisan lagi guna melengkapi yang sudah ada, sebuah lukisan yang diciptakan dengan penjiwaan setara dengan lukisan Dandelion. Katya memutuskan menggurat kanvas, mendedahkan kisah perpisahan Subadra dan Arjuna di depan gerbang Istana Dwaraka. Bagi Katya, Subadra, perempuan dari lakon Mahabharata, adalah simbol kesetiaan perempuan.

Lukisannya belum rampung ketika keinginan untuk melukisnya tersendat. Hal ini dipicu oleh kemunculan Sandra secara mendadak di Barcelona dan tinggal bersamanya. Setelah hubungan asmaranya dengan Evan kandas, Sandra memutuskan mengambil cuti kuliah, meninggalkan Jakarta dan mengunjungi Katya di Barcelona. Tapi ternyata, bukan cuma Sandra yang tiba di Barcelona. Begitu memutuskan Sandra karena merasa tidak sanggup lagi menjaganya, Evan menjalankan tugas kantor ke Kopenhagen, Denmark. Dari sana, ia pergi ke Barcelona untuk menjumpai Katya dan  mendapati Sandra berada di apartemen Katya.

Kedatangan kedua orang itu menciptakan gangguan yang signifikan dalam kehidupan Katya. Sandra yang terpesona dengan Manuel, beralasan sedang membuat tugas kuliah -padahal sedang cuti kuliah- mencoba memikat Manuel dengan memaksa laki-laki itu menemaninya jalan-jalan di Barcelona. Evan berdalih sedang menulis buku tentang arsitektur karya Antoni Gaudi di Barcelona singgah di apartemen Katya, mencoba membuat gadis itu menerima cintanya, cinta yang lebih besar ketimbang cintanya pada Sandra.

Diam-diam, Katya merasa ada gejolak yang berbeda dalam hatinya. Ia tidak menemukan perasaan yang sama seperti semasa berada di Jakarta terhadap Evan. Malah, terbit kecemburuan manakala Sandra berupaya memborong waktu Manuel  bagi dirinya sendiri. Mungkinkah ia mencintai kurator yang berwajah dingin itu?

Barcelona Te Amo adalah novel kedua Kireina Enno yang telah diterbitkan. Sebelumnya, ia telah meluncurkan novel romantis berjudul Selamanya Cinta (2012). Sebagaimana diuraikan sebelumnya, tema yang diangkat, masih tidak beranjak dari tema novel-novel Setiap Tempat Punya Cerita yang telah terbit, Paris (Prisca Primasari) dan Last Minute in Manhattan (Yoana Dianika). Cinta, sekali lagi, masih dominan. Mirip dengan Last Minute in Manhattan, karakter utamaBarcelona Te Amo juga digerakkan oleh patah hati. Karena temanya sudah generik dan tidak sulit untuk menebak konklusinya, menjadi tantangan besar bagi Enno untuk menghasilkan novel yang tetap bisa memikat pembaca sampai tamat.

Saya kira, Enno cukup berhasil. Ia mampu menggulirkan adegan demi adegan secara tepat dan tidak berlebihan sampai adegan pamungkas yang melegakan. Ia didukung kemampuan merangkai kalimat yang tidak berbelit-belit dan cukup sedap dibaca. Alhasil, meski kisah yang diusungnya sama sekali tidak provokatif, masih tetap bisa ditamatkan dengan pembacaan yang lancar.

Dalam hal karakterisasi, Enno tidak meragukan. Sosok-sosok yang diciptakannya, dengan gampang bisa diimajinasikan dalam benak kita. 

Katya, gadis sederhana yang lebih mementingkan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Saking rendah hatinya, ia tidak bisa melihat kelebihan-kelebihan dirinya. Bukan cuma dalam hal melukis, melainkan juga dalam berinteraksi dengan orang lain. Kecuali Sandra, semua tokoh yang bersinggungan dengan kehidupannya, memiliki pandangan positif terhadapnya. 

Sandra, gadis yang manja, egois, dan senang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Setiap membuat masalah, ada Katya dan Evan yang akan mencarikan solusi baginya. Tapi, setelah Katya pergi dan Evan tidak sanggup lagi berhubungan dengannya, ia kehilangan proteksi. Berkebalikan dengan Katya, kendati berpenampilan cantik, interaksinya dengan orang lain kerap tidak mendapatkan penilaian positif. Bahkan, ayahnya sendiri, lebih menyenangi Katya dibandingkan anak kandungnya, dan menjadikan Katya sebagai standar bagi Sandra. Tidak heran, sekalipun Katya tidak pernah berbuat kesalahan kepadanya, Sandra selalu memandang Katya sebagai seteru. 

Evan adalah karakter paling labil dalam novel ini. Sejak awal ia tidak bisa mengambil keputusan, yang mungkin disebabkan latar belakang keluarganya yang disfungsional. Katya yang merasa perlu membuatnya mengambil keputusan dengan meninggalkan Indonesia. Tapi, sepeninggal Katya, ia menemukan kaca pembesar yang memperlihatkan kekurangan-kekurangan Sandra, dan memutuskan kalau Katya-lah yang terbaik. 

Manuel, karakter yang memiliki kecenderungan introvert, terutama terhadap para gadis, sehingga sering menciptakan salah pengertian. Setelah hubungannya dengan Milene berakhir sebelum memanjat pelaminan, ia sukar mempercayai cinta dan lawan jenisnya. Tapi setelah mengenal Katya dan misteri kesedihan yang menyemburat dari lukisan-lukisannya, lambat laun Manuel mengalami perubahan. Perubahannya ditandai dengan menipisnya sikap dingin dan gaya berpakaian yang menjadi lebih kasual.

Karena cerita berseting utama Barcelona, sudah semestinya tempat-tempat di kota yang berkembang berdasarkan inspirasi Gaudi itu bermunculan dalam novel ini. Maka, bersama para tokoh, kita akan menyusuri La Rambla, pedestrian panjang dengan kafe, kios, dan seniman jalanannya. Mencermati guratan tangan Picasso di Museum Picasso. Mengagumi keindahan katedral Sagrada Familia dengan tiga fasad yang mengisahkan kehidupan Yesus Kristus. Menari di pelataran Museu Nacional di sela-sela banjir cahaya Font Màgica de Montjuïc. Menonton merpati-merpati bercengkerama sambil mematuki remah-remah di Plaça de Catalunya. Menyaksikan festival penduduk Catalan yang diramaikan dengan acara membangun 
castell atau human tower di
 Plaça Sant Jaume. Menikmati kuliner di Els Quatre Fats sembari membayangkan Picasso remaja yang berkunjung. Tapi tetap saja, masih banyak tempat-tempat indah di Barcelona yang menghilang dari dalam novel ini dan membuat rasa puas sedikit berkurang. Jika penulis pernah bermukim di Barcelona, akan lebih memungkinkan baginya untuk menghasilkan kisah berlatar Barcelona yang lebih memukau, tanpa menjadikan novelnya sebagai buku panduan melancong.

Terlepas dari itu, Barcelona Te Amo tetap merupakan novel yang pantas dibaca. Secara umum, sebagai novel romantis, memang tidak mengecewakan.