Dewi Srikandi menjadi ksatria wanita yang disegani dan menjadi suri tauladan prajurit wanita, ia berttindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kerajaan madukara dan seisinya. Saat perang Bharatayudha dewi Srikandi menjadi salah satu panglima perang Pandawa menggantikan Resi Seta, seorang satria yang telah gugur ketika berhadapan dengan Bisma, senopati atau panglima tentara Kurawa. Dengan panah Hrusangkali akhirnya dewi Srikandi dapat mengalahkan Resi Bisma, hal ini sesuai kutukan Dewi Amba puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura yang dendam kepada Bisma karena ditolak untuk menikah. Akhir riwayat Dewi Srikandi sendiri tewas oleh Aswatama yang masuk menyelinap masuk ke keraton hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayudha.
Sosok Dewi Srikandi menjadi satu gambaran seorang wanita yang tidak hanya mempunyai sifat yang lemah lembut, keibuan, cantik dan emosional, serta sebatas sebagai ibu rumah tangga saja yang bertanggung jawab mengasuh, mendidik dan melayani suami. Namun sosok wanita dari Srikandi menjadi satu contoh bahwa keberadaan wanita juga sanggup untuk menjadi pemimpin yang cukup disegani dan memiliki ketangguhan dan kemampuan yang hebat. Dan seorang wanita ditakdirkan sebagai seorang manusia yang melahirkan keturunan yang tidak bisa dilakukan oleh pria.