Pages

Kamis, 23 Mei 2013

Candi Dermo Sidoarjo



Lokasi Candi Dermo berada di Dusun Dermo, Desa Candi Negoro, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, yang diperkirakan dibangun pada tahun 1535, pada jaman pemerintahan Adipati Kusen. Candi Dermo berbentuk gapura paduraksa terbuat dari bata merah dengan tinggi 13,5 m, panjang 6 m dan lebar 6 m.


Candi Dermo berada di tengah perkampungan penduduk, bersebelahan dengan kuburan. Pada kaki candi terdapat hiasan wajik, ada relief sulur-suluran antara badan dan atap candi, serta tiga buah batu, dua diantaranya di sisi timur dan satu di sisi barat dengan fragmen garuda. 
Saat ini, Candi Dermo sedang dalam perencanaan akan di renovasi. Sebenarnya candi ini sudah pernah direnovasi pada jaman penjajahan belanda, namun renovasi yang dilakukan nampaknya merubah wajah candi, karena lebih bersifat mempertahankan candi dari keruntuhan daripada upaya menyusun ulang badan candi.
Bagian dalam candi sangat sempit. Ini karena pada masa pemerintahan Belanda dilakukan pemugaran dan pemugaran ini menambah bagian dalam sedemikian rupa sehingga bisa menyokong bangunan dari kemungkinan runtuh. Tetapi ada perbedaan antara batu asli candi dengan batu hasil pemugaran Belanda. Batu bata hasil pemugaran semasa penjajahan Belanda mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tipis dibandingkan batu bata asli penyusun candi.
Pada kompleks candi Dermo, terdapat 4 buah Arca dengan 2 macam jenis, yakni Arca Manusia Bersayap dan Arca Kolo. Namun sayangnya, sekarang salah satu dari arca-arca tersebut ada yang sudah hancur, sehingga kini Candi Dermo hanya memiliki 3 Arca saja. Yang disayangkan juga adalah bentuk apa yang hendak ditampilkan pada kedua patung tersebut sudah susah untuk dikenali lagi karena arca sudah rusak.
Candi Dermo dibangun pada Masa kerajaan Majapahit, pada wangsa Raja Hayam Wuruk. Candi bercorak hindu ini berdiri pada tahun 1353 dibawah pimpinan Adipati Terung yang sekarang makamnya terdapat di Utara Masjid Trowulan.
Candi ini termasuk salah satu kompleks candi yang dibangun oleh Kerajaan Majapahit sebagai bukti akan luasnya daerah kekuasaan yang dimiliki. Candi ini sebenarnya merupakan  Gapura atau Pintu Gerbang, orang Jawa mengatakan Gapura Ke Bangunan Suci. Arti dari Bangunan suci sendiri adalah bangunan induk yang biasanya terletak di sebelah timur candi. Begitupula dengan Candi Dermo, sebenarnya dahulu di sebelah timur Candi ada bangunan induk yang ukurannya lebih besar, namun sekarang bangunan induk tersebut sudah pupus dimakan waktu dan akhirnya roboh. Oleh masyarakat jaman dulu, lahan puing-puing bangunan induk tersebut dijadikan pemukiman oleh warga sekitar.





Pertanyaan:

a.)    Sebagai seorang pelajar bagaimana cara Anda melestarikan peninggalan bersejarah (candi)?
-          melestarikan dan menjaga eksistensi nilai budaya itu agar tidak luntur
-          digunakan sebagai media pendidikan
-          merawat dan menjaganya agar tidak rusak
-          sebagai tempat rekreasi

b.)    Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk melestarikan peninggalan bersejarah?
(1). perlindungan; merawat, memelihara asset budaya agar tidak punah dan rusak disebabkan oleh manusia dan alam.
(2). pengembangan; melaksanakan penelitian, kajian laporan, pendalaman teori kebudayaan dan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung dalam penelitian.
(3). pemanfaatan; melaksanakan kegiatan pengemasan produk, bimbingan dan penyuluhan, kegiatan festival dan penyebaran informasi.
(4). pendokumentasian; melaksanakan kegiatan pembuatan laporan berupa narasi yang dilengkapi dengan foto dan audio visual.





Nama: Rini Dwi A
                                                                                                             XD/29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 23 Mei 2013

Candi Dermo Sidoarjo



Lokasi Candi Dermo berada di Dusun Dermo, Desa Candi Negoro, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, yang diperkirakan dibangun pada tahun 1535, pada jaman pemerintahan Adipati Kusen. Candi Dermo berbentuk gapura paduraksa terbuat dari bata merah dengan tinggi 13,5 m, panjang 6 m dan lebar 6 m.


Candi Dermo berada di tengah perkampungan penduduk, bersebelahan dengan kuburan. Pada kaki candi terdapat hiasan wajik, ada relief sulur-suluran antara badan dan atap candi, serta tiga buah batu, dua diantaranya di sisi timur dan satu di sisi barat dengan fragmen garuda. 
Saat ini, Candi Dermo sedang dalam perencanaan akan di renovasi. Sebenarnya candi ini sudah pernah direnovasi pada jaman penjajahan belanda, namun renovasi yang dilakukan nampaknya merubah wajah candi, karena lebih bersifat mempertahankan candi dari keruntuhan daripada upaya menyusun ulang badan candi.
Bagian dalam candi sangat sempit. Ini karena pada masa pemerintahan Belanda dilakukan pemugaran dan pemugaran ini menambah bagian dalam sedemikian rupa sehingga bisa menyokong bangunan dari kemungkinan runtuh. Tetapi ada perbedaan antara batu asli candi dengan batu hasil pemugaran Belanda. Batu bata hasil pemugaran semasa penjajahan Belanda mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tipis dibandingkan batu bata asli penyusun candi.
Pada kompleks candi Dermo, terdapat 4 buah Arca dengan 2 macam jenis, yakni Arca Manusia Bersayap dan Arca Kolo. Namun sayangnya, sekarang salah satu dari arca-arca tersebut ada yang sudah hancur, sehingga kini Candi Dermo hanya memiliki 3 Arca saja. Yang disayangkan juga adalah bentuk apa yang hendak ditampilkan pada kedua patung tersebut sudah susah untuk dikenali lagi karena arca sudah rusak.
Candi Dermo dibangun pada Masa kerajaan Majapahit, pada wangsa Raja Hayam Wuruk. Candi bercorak hindu ini berdiri pada tahun 1353 dibawah pimpinan Adipati Terung yang sekarang makamnya terdapat di Utara Masjid Trowulan.
Candi ini termasuk salah satu kompleks candi yang dibangun oleh Kerajaan Majapahit sebagai bukti akan luasnya daerah kekuasaan yang dimiliki. Candi ini sebenarnya merupakan  Gapura atau Pintu Gerbang, orang Jawa mengatakan Gapura Ke Bangunan Suci. Arti dari Bangunan suci sendiri adalah bangunan induk yang biasanya terletak di sebelah timur candi. Begitupula dengan Candi Dermo, sebenarnya dahulu di sebelah timur Candi ada bangunan induk yang ukurannya lebih besar, namun sekarang bangunan induk tersebut sudah pupus dimakan waktu dan akhirnya roboh. Oleh masyarakat jaman dulu, lahan puing-puing bangunan induk tersebut dijadikan pemukiman oleh warga sekitar.





Pertanyaan:

a.)    Sebagai seorang pelajar bagaimana cara Anda melestarikan peninggalan bersejarah (candi)?
-          melestarikan dan menjaga eksistensi nilai budaya itu agar tidak luntur
-          digunakan sebagai media pendidikan
-          merawat dan menjaganya agar tidak rusak
-          sebagai tempat rekreasi

b.)    Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk melestarikan peninggalan bersejarah?
(1). perlindungan; merawat, memelihara asset budaya agar tidak punah dan rusak disebabkan oleh manusia dan alam.
(2). pengembangan; melaksanakan penelitian, kajian laporan, pendalaman teori kebudayaan dan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung dalam penelitian.
(3). pemanfaatan; melaksanakan kegiatan pengemasan produk, bimbingan dan penyuluhan, kegiatan festival dan penyebaran informasi.
(4). pendokumentasian; melaksanakan kegiatan pembuatan laporan berupa narasi yang dilengkapi dengan foto dan audio visual.





Nama: Rini Dwi A
                                                                                                             XD/29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar